Sepatu

“Aku tidak suka, pokoknya aku tidak suka”, Dia mulai berceloteh

“Kau emang sudah ngasih apa saja, atau dia kau kasih uang berapa?” Dia mulai mengintrogasiku

“Sampai saat ini, tidak aku beri apapun”, jawabku.

“Mengapa kau suruh dia untuk jadi informanmu?” Dia mulai mengintrogasiku lagi

“Aku tidak menyuruhnya”, jawabku lagi

Setelah 4 bulan berlalu dia sendiri yang ngasih Sepatu kepada yang dia tuduh jadi informanku. Aku tidak merasa aneh dengan hal tersebut, mungkin dia ngasih sepatu ada maksud tersembunyi, haya Dia dan orang yang dituduh jadi informanku saja yang tahu.

 

Pulang Bareng Hanya Milik Kami (fiksi mini)

Pertemuan semacam rapat dinas sudah selesai, saatnya hari ini melepaskan tugas dan tanggung jawab yang beralih kepada orang lain. Orang lain itu tidak lain yang pernah ngirim sms yang intinya dia mekanksirku. Memang aku dan temanku yang katanya sebagai bintangnya di tempat kerjaku. Dia adalah lelaki yang usianya tepaut 3 tahun lebih tua dariku, karirnya cukup bagus, prikakunya pun cukup dinamis. Aku mulai ada rasa padanya karena kondisi keluarganya, aku mulai respek.

Sejak ada acara jalan-jalan ke luar kota yang merupakan prorgram rutin untuk para pegawai, sejak itu pula aku dan dia saling menyimpan rasa simpati. Sejak pulang dari tempat wisata tersebut kami sering bersama-sama, ketika apel pagi sering berdampingan, ketika ada carapun kami sering bersama, makan bersama, sering curhat, sering berbagi informasi apapun termasuk gosip. Ya dia kebetulan baru beli kendaraan yang nyaman. Kami sering pulang bareng bersama, dia rela mengantarkanku pulang yang berlawanan arah, aku ke utara dia ke selatan.

Sdejak itulah kami sering duduk berdampingan termasuk ketika rapat terbatas yang kebetulan menduduki jabatan yang setingkat. Dia sangat perhatian, dia sering mengirimkan chat dan sms kapan saja, dan aku cepat respon, dia telepon akupun cepat respon, berbeda ketika aku menerima dari yang lain. Termasuk aku mau diajak makan bersama di luar kantor, tapi aku tolak jika orang lain mengajakku.

“Kita makan bareng yu”, ajak dia setelah rapat dinas selesai.

“Yu”, jawabku singkat.

Aku berdua bersama dia pergi ke tempat makan ke arah timur dengan mengendarai mobilnya dia yang berwarna hitam. Kami berdua asyik ngombrol yang topiknya aku suka. Sampai di tempat makan kami pun masih asyik membahas tentang kami. Dia sangat perhatian, dia baik sekali, setiap Senin, Selasa, atau hari-hari tertentu sering mengantarkanku pulang.

“Sekarang pulangnya sama siapa? Boleh aku antar pulangnya? Hari sudah mau hujan nih” ajak dia padaku lewat chat di whatapps.

“Ya, tunggu di depan ya”, aku ngatur strategi agar pihak lain tidak curiga, dan dia pun ngatur stategi pula agar pihak lain tidak curiga.

Aku sering pulang bareng bersamanya, meskipun jam kerja masih kami harus lalui, tapi dia rela mengantarkanku pulang dan kembali lagi ke tempat kerja.

Hari-hatiku semakin nyaman bersama dia, apalagi ketika saat pulang, itulah suasana yang paling indah pulang bareng hanya milik kami.

“Mas, makasih ya, met ketemu besok pagi”, ucapku sambil membuka pintu mobilnya yang tepat berhentnya di depan pintu gerbang rumahku.

“Salam untuk keluarga ya” sahut dia sambil tersenyum padaku.

 

Indahnya Taman Bunga Jika Bersamamu [fiksi mini]

Tanggal merah merupakan tanggal yang paling istimewa bagiku, aku bisa menikmati penyegaran jiwa. Tanggal merah aku gunakan pada saat itu untuk bepergian ke sebuah tempat yang sejuk, indah dan nyaman. Aku mencoba menikmati perjalanan di tanggal merah itu dengan roda dua. Ah ternyata indahnya menikmati alam bebas, yang berliku naik turun. Akhirnya sampai juga ke tempat yang indah ada di bukit berhias bunga.

Wow, orang lain berfotoria, ah aku pun ingin mengabadikannnya. Dan saat kebetulan sekali yang sudah lama ku ingin mendakatinya sekarang terlaksana. Yang biasanya dia itu dengan teman dekatnya mungkin karena terkait tugas, dia sekarang sendirian. Inilah kesempatanku untuk mendekatinya.

“Hai, tidak ditemani nih?” tanyaku, aku pura-pura tidak tahu.

“Ayo sini ikut berfoto”, ajak dia. Dan ini kesempatan luar biasa untuk mendekatinya.

Dan akhirnya aku berfoto bersama, dia memberikan tempat untuk berada di sampingnya. Baca entri selengkapnya »

Kutitipkan Kunci Mobil Padamu

Sore yang cerah, langit membiru, angin september berhembus kencang berasa dingin dan kering. Sambil aku meneikmati es campur di parkiran tiba-tiba ada telepon masuk.

“Siang, di mana nih?” Tanya Liya

“Aku baru mau pulang, masih ditempat kerja” jawabku singkat.

“Temui aku dulu ya, di tempat biasa.” pinta Liya

“Ya, siap”

Aku segera menemui Liya yang masih sibuk di tempat kerjanya menyelesaikan laporan, hari ini dia pulangnya akan sampe sore.

“Aku titipkan konci mobil ini, mobilnya sih di rumah, aku pulang pake mobil yang lain, met ketemu besok ya di tempat kemping”, Liya memberikan kunci mobilnya sambil menunjukkan mobil Vios sipitnya. Besok kami akan tugas di tempat kemping.

“Iya siap, aku bawa ya kunci mobil ini, besok kita konvoy ya ke tempat kempingnya”.

Liya orangnya supel, banyak laki-laki yang suka padanya, badannya tinggi sempai, Liya termasuk orang yang cerdas dan pintar.

Wanita dan Tas Gendong

Liya termasuk pekerja yang rajin, cekatan, dan selalu menuntaskan pekerjaannya. Tumben hari ini dia datang lebih awal, biasanya suka datang terlambat.

“Pagi Liya, laporannya sudah beres?”, tanyaku.

“Pagi juga Lusi. Alhadulillah beres sampe  melekan larut malam, nah laporan yang ini belum, paling nanti siang aku minta bantuan Budi untuk membantuku”, jawab Liya.

Kami bertiga, Liya dan Budi terasuk tiga sekawan, meskipun Budi beda kantor, kami ada dalam satu departeman yang sama. Liya banyak digemari kaum laki-laki, mungkin karena murah senyumnya, pergaulannya luwes, mudah berteman dengan siapa saja. Ciri khas dia sering menggendong tas kecil.

“Liya, tadi pagi si Ibu telepon aku, katanya kita sama Budi ke kota Udang”

“Okeh, siap, Lusi” Liya mengiyakan. Sejak itulah Budi makin dekat dengan Liya, mereka sering pulang sore, bahkan Budi pun sering menjadi supir pribadi Liya ketika ada kegiatan malam/dinas malam ke luar daerah.

Liya kau pantas jadi seorang atasan karena dirimu menguasai banyak hal. Tas gendongmu aku suka. Bodimu tinggi semampai aku juga suka penampilanmu.

Kutitipkan Padamu

Tiba-tiba mobil hijau berlogo tiga lingkaran menghampiriku.

“Siang Budi, aku titip ini ya, tolong betulkan”, Liya mengeluarkan tangannya dari dalam mobilnya sambil memperlihatkan cincin mutiara yang copot dari tempatnya

“Ya, aku simpan ya, nanti aku kembalikan jika kau minta” jawabku. Hatiku senang dapat bertemu dengan Liya, dia seorang yang pekerja tuntas pergaulannya supel.

“Jangan lupa ya, betulkan, aku ke GOR dulu ada kegiatan” Liya memintaku untuk membetulkan cincinya.

Waktu tak terasa sudah sore, aku segera mengembalikan titipannya, aku senang bisa bertemu lagi dengan Liya yang tinggi, manis, cantik, cekatan, pekerja tuntas.

Ringkasan Novel Atheis

Novel Athies

Novel Athies

Novel Atheis dikarang orang oleh Achidat K. Mihardja diterbitkan Balai Pustaka dengan cetakan pertama tahun 1949. Novel ini menggambarkan tokoh Hasan yang penuh keragu-raguan, setengah-setengah dalam meyakini segala sesuatu, ikut-ikutan dan sering tak yakin pada pendiriannya. Sang tokoh berprilaku labil karena faktor lingkungan dan pergaulan yang tidak baik. Berawal dari sakit hati menjalin cinta dengan kekasihnya, kemudian belajar meyakini ajaran tertentu, lalu bertemu dengan teman-teman yang tidak punya agama dan berprilaku bebas, dan berujung penyesalan terhadap orang tua. Mungkin itulah sifat anak muda yang kejiwaanya belum stabil sehingga mudah terjerumus pada hal-hal yang menghampirinya.

 Untuk lebih jelasnya silakan baca novelnya dengan cermat, dan telah saya rangkum isi novelnya seperti di bawah ini.

 Hasan yang dilahirkan di desa Penyeredan, di besarkan dan didik dalam suasan keagamaan Islam ortodoks. Ayah dan ibunya adalah penganut aliran terekat. Sebagai teman bermain Hasan, orang tuanya memungut anak yatim, Fatimah. Pendidikan ahlak yang sejak kecil diberikan orang tuanya, disertai pula dengan cerita-cerita surga dan neraka, tentu saja sangat melekat di benak Hasan. Keadaan itu terus berlangsung sampai Hasan pindah ke Bandung untuk meneruskan sekolahnya di Mulo. Baca entri selengkapnya »

Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami

Latar Belakang Masalah

Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen, maka sepertinya orang yang membacanya itu sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya itu akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah , dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya. Baca entri selengkapnya »