Kita sudah lama mengenal sosok gadis, dara, wanita, perempuan, istri, dan ibu. Begitu banyak istrilah untuk pasangan laki-laki atau pria. Istilah itu sebutan untuk sosok jenis kelamin wanita atau perempuan. Saya sangat kagum dan hormat kepada seorang “ibu”.
Sosok ibu sudah dibicarakan sejak zaman dulu sampai sekarang. Mulai dari cerita Baratayudha sampai cerita-cerita masa kini. Sosok ibu begitu penting dalam menentukan nasib anaknya. Seorang ibu bisa mengayomi anak-anaknya.
Baratayudha
Cerita ini berasal dari India yang menceritakan pertengkaran dua keluarga. Dalam hal ini saya akan menyampaikan kisah seorang ibu yang melindungi, mendidik, mengarahkan dan membentuk karakter bagi anak-anaknya.
Pandawa bersaudara terdiri dari lima bersaudara yang berlainan karakter. Ketika pandawa bersaudara diasingkan, mereka ditemani oleh ibunya. Ibunya selalu setia menemami mereka dalam kesusahan. Seorang ibu begitu kuat membentuk karakter kelima anak-anaknya mejadi seorang ksatria.
Saya ambil sepenggal cerita ketika Bima sedang membuka hutan Amer. Bima adalah sosok yang bertanggung jawab, selalu membela kebenaran, dan selalu berkata kasar kepada siapun tapi hatinya baik hati dan selalu menolong sesama.
Ketika hutan Amer akan dibuka sebuah perkampungan oleh Bima, Bima harus mengalahkan dulu raja buta. Dan akhirnya raja buta itu dapat dikalahkan Bima, dan bima dibebaskan untuk membuka hutan tersebut menjadi sebuah perkampungan yang akhirnya akan menjadi sebuah kota kerajaan. Ketika raja buta menyerah kepada Bima, dia menyerahkan anak gadisnya untuk dinikah oleh Bima.
Bima berpikir, jika bapaknya buta maka anaknya pun buta. Maka Bima menolaknya karena tidak mau menikah dengan buta. Dan Bima akhirny curhat kepada Ibunya, bahwa dia telah mengalahkan raja buta, dan raja buta itu menyerahkan anak gadisnya untuk jadi istrinya, dan Bima menolaknya.
Mendengar Bima curhat, ibunya menyuruh Bima agar menikahi anak buta itu.
“Bima, ibu mengerti, kau berpikiran lain, bahwa anak gadis itu berupa buta seperti bapaknya. Coba kau lihat dulu, dan sekarang coba lihat olehmu, bahwa gadis itu adalah seorang perempuan yang cantik dan bukan buta sepertin yang pikirakan.” Ibunya menasehati.
Karena Bima sosok yang patuh pada orang tua, maka Bima berangkatlah ke tempat raja buta tersebut untuk melihat anak raja buta itu. Ketika sampai di tempat anak raja buta itu, Bima terkejut, kerena anak raja buta itu persis seperti yang dikatakan ibunya, yaitu seorang gadis cantik dan bukan seorang buta. Akhirnya Bima menikahinya dan raja buta itu selalu menjaga Bima berupa sebuah ajian andalan Bima.
Dari cerita di atas bahwa peran seorang ibu sangat penting dalam mentukan arah kehidupan anaknya.
Perang Bubat
Cerita ini perang yang salah paham antara Majapahit dengan Kerajaan Sunda. Perang ini mengakibatka bencana bagi Hayam Wuruk (raja Majapahit). Hayam Wuruk merasa terpukul hatinya karena gadis yang jelita putri kerajaan Sunda yang akan dinikahinya meninggal dunia di medan perang. Hal ini diakibatkan ambisi Gajah Mada yang ingin mengalahkan kerajaan Sunda dengan cara licik yang mengakibatkan petaka bagi Hayam Wuruk.
Prabu Hayam Wuruk dengan suaranya yang tersendat-sendat menceritakan kepada ibunya apa yang sebenarnya terjadi. Ia menitikan air mata ketika menceritakan saat-saat terakhir bertemu dengan Putri Citraresmi.
“Apa yang harus saya lakukan, Ibunda Ratu” Prabu Hayam Wuruk meminta petunjuk.
“Kau haru tetap bijaksana, anakku. Semua harus kau terima dengan kebesaran hatimu. Sudahlah anakku. Air matamu tak akan bisa menghidupkan yang telah tiada. Terimalah kenyatan ini dengan segala kebesaranmu. Jangan kau usir Mahapati Gajah Mada! Kendalikan amarahmu! Memang dia bersalah, tapi pertimbangkan segalanya dengan bijaksana. Meskipun Mahapatih Gajah Mada tekah menghancurkan perasaanmu, telah membuat cela terhadap kebesaran Negeri Majapahit Raya. Itulah kehidupan anakku, tiada gading yang tak retak. Gajah Mada adalah manusia biasa tak akan luput dari kesalahan. Segeralah ananda mengirim surat padanya kepada Negeri Sunda, ceritakan apa adanya! Mohon maaflah kepada mereka, akuilah ini adalh kesalahan kita!” Ibunya Hayam Wuruk memberikan petuah kepadanya. (Sang Mokteng Bubat, Yoseph Iskandar)
Begitu agungnya seorang ibu yang tetap mendidik anaknya agar bijaksana, berlaku adil, dan jujur. Pengaruh ibunya Hayam Wuruk sangat kuat untuk membentuk karakter jiwanya.
Film Ayat-Ayat Cinta
Dalam film Ayat-Ayat Cinta. Film masa kini yang lahir tahun 2008. Ketika Fachri menelopon ibunya untuk meminta dukungan moral untuk memilih calon istrinya. Dan ibunya memberikan kepercayaan kepada Fahri untuk memilihnya sesuai dengan hati nuraninya. Kemudian ketika ibunya Fachri menelpon Aisya untuk memberikan dorongan kepada Aisya dalam medukung Fachri yang mengalami kesulitan.
Dari ketiga cerita di atas seorang ibu denga cintanya yang luar biasa dan tanpa batas sangat dalam menentukn arah kelangsungan sebuah negara. Nasihat seorang ibu begitu “sakti” dan merupakan “ajian” yang sagat kuat tiada tandingannya. Seorang ibu sangat berperan dalam masa depan anaknya.
Dari ketiga cerita di atas bisa jadi menimpa pada diri kita (kaum pemuda) yang (mungkin/pasti) akan curhat kepada ibunya mengenai pasangannya. Atau (mungkin/pasti) akan memperkenalkan calon istrinya kepada ibunya. Kalau ibunya menerima maka si pemuda tadi mendapat dukungan yang luar biasa. Atau (mungkin) jika pada gadis sudah berkenalan dengan ibu pasangannya atau sudah merasa dengan dengan calon ibu mertuanya maka itulahn dukungan yang paling kuat. Mungkin itulah yang sebut dengan “Surga ada di bawah telapak kaki Ibu”. Dan dunia dengan mudahnya dapat ditaklukan oleh “kesaktiaan” seorang ibu.
Saya mengucapkan selamat kepada sahabatku yang akan menjadi seorang ibu. Dan saya percaya bahwa akan memberikan segalanya demi kebaikan para putranya.
Dan marilah kita semua ingat kepada ibu kita, doakan beliau agar dilindungi-Nya. Marilah kita luangkan waktu sekarang juga hubungi segera ibu kita, berikan salam silaturahmi bagi ibunya yang masih ada.
[Saya jadi ingat pada ibuku, yang telah mengarahkankan, mendukung dan mendidik menjadi sekarang ini, yang telah menerima istriku menjadi menantunya. Dan saya juga jadi ingat kepada ibu mertuaku yang telah menyerahkan anaknya untuk menjadi istriku. Terima kasih kepada keduanya]