Senin Sore: Badanku Kurang Fit

Mataku berkunang-kunang, perut terasa melilit, perasaan di mulut terasa pahit, kepalaku terasa sakit. Ah ini pertanda kelelahan, memang malam Senin kurang tidur.

Senin sore badanku kurang fit, keringat dingin terasa keluar dari pori-pori.

Apa ya obatnya?

Ditulis dalam Pribadi. 3 Comments »

22 Alasan untuk Berdekatan dengan Ibu

Jika Anda seorang ibu, penuh dedikasi, memberi dorongan, mendukung dan mencurahkan kasih sayang, serta mengerahkan kepandaian skolastik Anda untuk anak — dengan ‘bahasa cinta’ favorit mereka — niscaya si kecil akan senang berdekatan dengan Anda. Inilah 22 alasan (ditulis dalam bentuk penuturan anak) mengapa si kecil senang berdekatan dengan Anda.

Bahasa cinta anak Anda: Sentuhan Fisik

  • Ibu rajin memijatku kalau tubuhku pegal dan ingin dipijat.”
  • Ibu selalu menggandeng/menggenggam tanganku kalau aku cemas atau takut.”
  • Ibu selalu mengusap punggung atau bahuku bila aku sedih atau kecewa.”
  • Ibu senang menepuk-nepuk bahu atau punggungku setiap aku berhasil menyelesaikan sebuah tanggung jawab atau mengatasi sebuah tantangan. Ibu juga sering mendekap dan memelukku tiap aku ingin dimanja-manja.”
  • Ibu selalu menyentuhku dengan lembut agar aku kembali memperhatikan pelajaranku.”

Bahasa cinta anak Anda: Kata-kata Persetujuan

  • bu selalu bilang ‘Kamu benar’ kalau aku benar, meski itu pahit dan berat buat Ibu.”
  • Ibu selalu mengatakan hal-hal yang mendorong dan membesarkan hatiku, walaupun keinginanku aneh atau mustahil.”
  • Ibu selalu mengucapkan dukungan saat aku terpuruk dalam kesedihan atau kekecewaan. Misalnya, ‘Kamu lagi sedih ya? Apa yang bisa ibu bantu?’”
  • Ibu selalu memujiku, sebelum meluruskan kesalahanku. Misalnya, ‘Wah, tendanganmu kencang sekali. Bisa mengalahkan Tsubasa, nih. Tapi lain kali arahnya jangan ke pot bunga ibu, ya!’”
  • Ibu selalu memujiku, sekecil apapun kemajuanku saat belajar, meski hanya dengan satu kata seperti ‘Sip!’ atau ‘Oke!’”

Bahasa cinta anak Anda: Pemberian/Hadiah

  • Ibu selalu berusaha mencari tahu kesukaanku dan mengupayakan untuk memberikannya padaku.”
  • bu selalu memberi sesuatu untuk membesarkan hatiku. Misalnya, membelikan sepatu yang ringan waktu aku mau ikut lomba lari, menyiapkan hidangan istimewa waktu aku mengundang teman-temanku untuk pertama kali, membuatkan ramuan ‘antiserak’ saat suaraku hilang menjelang aku ditunjuk menjadi komandan gerak jalan.”
  • Ibu selalu memberiku sesuatu yang berarti saat aku sedih atau kecewa. Meski cuma sebait puisi buatan ibu sendiri, atau buku kecil berisi kumpulan doa penenang hati.”
  • bu selalu memberiku hadiah menarik setiap ada momen istimewa dalam hidupku (ulang tahun, kenaikan kelas, menjuarai lomba, dikhitan (atau haid pertama)).”
  • Ibu selalu memberi aku benda-benda menarik yang berguna untuk pelajaranku, seperti globe, atlas terbaru, kamus lengkap, kaca pembesar, preparat, dan banyak lagi.”

Bahasa cinta anak Anda: Pelayanan

  • bu selalu membantuku menyiapkan keperluanku sehari-hari, dengan tangannya sendiri. Jarang sekali menyuruh bibi atau orang lain.”
  • Ibu selalu menangani sendiri momen-momen istimewaku. Ia merancang dan menyiapkan semua keperluan pesta ulang tahunku, menjahitkan baju untuk pentas perdanaku, dll.”
  • Ibu selalu membantuku menyiapkan semua kebutuhanku sebelum belajar, supaya aku lebih bersemangat.”

Bahasa cinta anak Anda: Waktu Berkualitas

  • Ibu selalu menyediakan waktu khusus untuk berduaan denganku setiap hari, walau hanya beberapa menit.”
  • Ibu selalu bersedia meluangkan waktu khusus lebih banyak, jika aku sedang memerlukan dorongan atau dukungannya.”
  • bu selalu memanfaatkan setiap detik kebersamaan denganku untuk hal-hal yang menyenangkanku. Misalnya mendengarkan dan menanggapi curhat-ku, saling bertukar cerita lucu, dll.”
  • Ibu selalu membimbingku belajar di rumah setiap hari, dan membiarkan aku memilih gaya dan suasana belajar yang kuinginkan.”

Selamat menikmati kedekatan anak!

Trims untuk narasumber

Ibunda, Kenapa Engkau Menangis?

Ibunda, Kenapa Engkau Menangis Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu menangis?”. Ibunya menjawab, “Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak”. “Aku tak mengerti” kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. “Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti….” Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. “Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?”Sang ayah menjawab, “Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan”. Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan.”Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?”Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,”Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman danlembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur. Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, danmengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa. Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah. Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya. Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan enjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi. Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkanperasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan”. Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup sumber : dari blog tetangga

Surat dari Ibu untuk Anaknya

Ada titipan surat dari seorang Ibu untuk anak tercintanya.

—-oOo—–

Anakku….
Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang
gagah lagi matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan kalbuku sebelumnya.

Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat
memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan
psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku.
Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami.

Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku
demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.

Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu.
Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.

Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak
diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski
melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah
ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat anakku.

Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering
melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu
semakin susah melakukan gerakan.

Anakku…
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu? Apakah engkau sudah
kehabisan rasa kasihmu pada Ibu? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini?

Anakku..
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan
luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya,

Anakku…
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya
diriku…

Anakku…
Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat
kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.

Anakku..
Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah
air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika
engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri”.

Anakku…
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang
sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayang dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah …..Ingatlah….
Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : “Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil”.

Anakku…
Allah berfirman:

“Artinya : Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal” [Yusuf : 111]

Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang tua.

Kasih Ibu Tak Terbatas

�Cucianmu sudah ibu cuci, Ni!� Kata ibuku ketika aku baru saja sampai di rumah. Aku segera beranjak memasuki kamarku dan melihat tempat cucian kotorku sudah kosong. Ah ibu, aku berusaha pulang cepat hari ini agar aku bisa mencuci baju-baju kotorku. �Ibu tahu, kamu pasti lelah�. Aku hanya bisa tersenyum memandangi wajah renta ibuku.Diusianya yang lewat setengah abad, ibuku termasuk wanita yang sehat. Beliau masih mampu mencuci baju semua anggota keluarga. Bukan berarti kami malas mengerjakannya tapi karena ibuku punya kebiasaan unik yaitu tidak bisa melihat barang-barang kotor. Tangannya langsung bergerak membereskan apa saja yang tidak sedap dipandang.

�Apa ibu nggak cape jika tiap hari selalu beres-beres, aku menggaji orang saja ya biar ibu bisa istirahat� kataku suatu hari. Ibu memandangku, �Kamu nggak suka ya kalau bajumu ibu cucikan�. �Aku sayang sama ibu, aku nggak tega melihat ibu bekerja keras tiap hari�, aku berusaha membujuknya untuk menerima saranku. �Ibu senang kalau diusia ibu sekarang, ibu masih mampu mengurusmu, mencucikan pakaianmu dan adikmu atau menyiapkan sarapanmu tiap pagi�. Yah..aku tak pernah lupa, jika hari libur kantorku hari sabtu dan minggu, ibu selalu menyiapkan nasi goreng daun mengkudu dan telor ceplok kesukaanku.

Aku ingat sebuah pepatah �Seorang ibu bisa mengurus sepuluh orang anak, tapi sepuluh orang anak belum tentu mampu mengurus seorang ibu� . Aku termenung sendirian dikamarku, diusiaku yang beranjak dewasa, aku merasa belum pernah sekalipun membahagiakannya. Pernah suatu kali, aku membelikan pakaian untuknya, tapi ibuku malah balik bertanya �Kamu sendiri beli nggak? Kalau kamu nggak beli, baju ini untuk kamu saja. Baju ibu masih banyak kok�, ibuku tak mau menerima. Esoknya aku beli baju lagi agar ibu mau menerima pemberianku.

�Ibu sudah bahagia melihat anak-anak ibu berhasil� kata beliau suatu kali ketika aku menanyakan apa yang bisa aku perbuat untuk membuatnya bahagia. �Melihat kamu dan kakak-kakakmu bisa mencari uang sendiri dan kamu bisa rukun dengan saudara-saudaramu, itulah kebahagian ibu� Aku teringat kakak-kakaku, alhamdulillah mereka semua sudah mempunyai penghasilan sendiri, hanya adikku yang masih kuliah.

Kasih anak sepanjang jalan, kasih ibu sepanjang hayat . Apapun yang sudah kita buat belum apa-apa dibandingkan dengan kasih sayang ibu yang telah diberikan pada kita.Ya Alloh , curahkan kasih sayang-Mu pada kedua orang tuaku, teramat khusus untuk ibu. Allahummaghfirlanaa wali-waalidainaa warhamhumaa kamaa rabbayanii shaghiiraa. Amiin

Untuk Ibunda tercinta, I always love you.

KEBOHONGAN IBU SEORANG IBU

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini,makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : “Makanlah nak, aku tidak lapar”
——– KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan.Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera.Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan.Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan”
——— KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku,ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup.Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku,melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api.Aku berkata :”Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.”Ibu tersenyum dan berkata :”Cepatlah tidur nak, aku tidak capek”
——— KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam.Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku.Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : “Minumlah nak, aku tidak haus!”
——– KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil.Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta”
——–KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya punya duit”
——–KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasia di sebuah perusahaan.Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku “Aku tidak terbiasa”
——–KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta.Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan.Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering.Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : “Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan”
——–KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : ” Terima kasih ibu ! ” Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita?

Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian.Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum?Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi.Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik.Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.

Kiriman: Aritonang

Wanita Itu adalah Istriku dan Ibunya Anakku

Aku termasuk seorang suami yang tidak tahu diri, yang tidak mengerti kepada istri. Sementara isntriku tiap pagi menyiapkan makanan dan minuman untukku, menyiapkan pakaian untukku, menyiapkan perlengkapan kerja, ketika ada barang yang lupa tidak terbawa itriku pasti meneleponku bahwa ada barang yang ketinggalan. Ketika pulang kerja istriku selalu menyambutnya dengan gembira, kemudian membereskan perlengkapan kerja, membereskan pakaianku, dan selau bertanya “Besok mau makan dengan apa?”. Dia selalu menyiapkan makanan dan minuman sesuai seleraku. Kadang-kadang istriku sedang bekerja di rumah, aku malah nyantai, membaca koran, tiduran bermalas-malasan sambil minum kopi atau the manis. Begitulah rutinitas istriku. Dia adalah wanita yang menjadi istriku.

Anakku tiap pagi diperhatikan mulai dari makan, minum, pakaian, bahkan sampai buku pelajaran. Dia selalu mengecek buku pelajaran anakku, apakaha da PR atau PR yang sudah dikerjakan anakku sudah benar. Kadang dia menjemput ke sekolah anakku. Dia perhatikan segala kebutuhan sokolah anakku. Anakku dijaga, dididik mulai bangun tidur sampai tertudur pulas. Dia adalah wanita yang menjadi ibunya anakku. Dia adalah sekolah bagi anakku.

Saktinya Seorang Ibu Dari Masa ke Masa

Kita sudah lama mengenal sosok gadis, dara, wanita, perempuan, istri, dan ibu. Begitu banyak istrilah untuk pasangan laki-laki atau pria. Istilah itu sebutan untuk sosok jenis kelamin wanita atau perempuan. Saya sangat kagum dan hormat kepada seorang “ibu”.

Sosok ibu sudah dibicarakan sejak zaman dulu sampai sekarang. Mulai dari cerita Baratayudha sampai cerita-cerita masa kini. Sosok ibu begitu penting dalam menentukan nasib anaknya. Seorang ibu bisa mengayomi anak-anaknya.

Baratayudha

Cerita ini berasal dari India yang menceritakan pertengkaran dua keluarga. Dalam hal ini saya akan menyampaikan kisah seorang ibu yang melindungi, mendidik, mengarahkan dan membentuk karakter bagi anak-anaknya.

Pandawa bersaudara terdiri dari lima bersaudara yang berlainan karakter. Ketika pandawa bersaudara diasingkan, mereka ditemani oleh ibunya. Ibunya selalu setia menemami mereka dalam kesusahan. Seorang ibu begitu kuat membentuk karakter kelima anak-anaknya mejadi seorang ksatria.

Saya ambil sepenggal cerita ketika Bima sedang membuka hutan Amer. Bima adalah sosok yang bertanggung jawab, selalu membela kebenaran, dan selalu berkata kasar kepada siapun tapi hatinya baik hati dan selalu menolong sesama.

Ketika hutan Amer akan dibuka sebuah perkampungan oleh Bima, Bima harus mengalahkan dulu raja buta. Dan akhirnya raja buta itu dapat dikalahkan Bima, dan bima dibebaskan untuk membuka hutan tersebut menjadi sebuah perkampungan yang akhirnya akan menjadi sebuah kota kerajaan. Ketika raja buta menyerah kepada Bima, dia menyerahkan anak gadisnya untuk dinikah oleh Bima.

Bima berpikir, jika bapaknya buta maka anaknya pun buta. Maka Bima menolaknya karena tidak mau menikah dengan buta. Dan Bima akhirny curhat kepada Ibunya, bahwa dia telah mengalahkan raja buta, dan raja buta itu menyerahkan anak gadisnya untuk jadi istrinya, dan Bima menolaknya.

Mendengar Bima curhat, ibunya menyuruh Bima agar menikahi anak buta itu.

“Bima, ibu mengerti, kau berpikiran lain, bahwa anak gadis itu berupa buta seperti bapaknya. Coba kau lihat dulu, dan sekarang coba lihat olehmu, bahwa gadis itu adalah seorang perempuan yang cantik dan bukan buta sepertin yang pikirakan.” Ibunya menasehati.

Karena Bima sosok yang patuh pada orang tua, maka Bima berangkatlah ke tempat raja buta tersebut untuk melihat anak raja buta itu. Ketika sampai di tempat anak raja buta itu, Bima terkejut, kerena anak raja buta itu persis seperti yang dikatakan ibunya, yaitu seorang gadis cantik dan bukan seorang buta. Akhirnya Bima menikahinya dan raja buta itu selalu menjaga Bima berupa sebuah ajian andalan Bima.

Dari cerita di atas bahwa peran seorang ibu sangat penting dalam mentukan arah kehidupan anaknya.

Perang Bubat

Cerita ini perang yang salah paham antara Majapahit dengan Kerajaan Sunda. Perang ini mengakibatka bencana bagi Hayam Wuruk (raja Majapahit). Hayam Wuruk merasa terpukul hatinya karena gadis yang jelita putri kerajaan Sunda yang akan dinikahinya meninggal dunia di medan perang. Hal ini diakibatkan ambisi Gajah Mada yang ingin mengalahkan kerajaan Sunda dengan cara licik yang mengakibatkan petaka bagi Hayam Wuruk.

Prabu Hayam Wuruk dengan suaranya yang tersendat-sendat menceritakan kepada ibunya apa yang sebenarnya terjadi. Ia menitikan air mata ketika menceritakan saat-saat terakhir bertemu dengan Putri Citraresmi.

“Apa yang harus saya lakukan, Ibunda Ratu” Prabu Hayam Wuruk meminta petunjuk.

“Kau haru tetap bijaksana, anakku. Semua harus kau terima dengan kebesaran hatimu. Sudahlah anakku. Air matamu tak akan bisa menghidupkan yang telah tiada. Terimalah kenyatan ini dengan segala kebesaranmu. Jangan kau usir Mahapati Gajah Mada! Kendalikan amarahmu! Memang dia bersalah, tapi pertimbangkan segalanya dengan bijaksana. Meskipun Mahapatih Gajah Mada tekah menghancurkan perasaanmu, telah membuat cela terhadap kebesaran Negeri Majapahit Raya. Itulah kehidupan anakku, tiada gading yang tak retak. Gajah Mada adalah manusia biasa tak akan luput dari kesalahan. Segeralah ananda mengirim surat padanya kepada Negeri Sunda, ceritakan apa adanya! Mohon maaflah kepada mereka, akuilah ini adalh kesalahan kita!” Ibunya Hayam Wuruk memberikan petuah kepadanya. (Sang Mokteng Bubat, Yoseph Iskandar)

Begitu agungnya seorang ibu yang tetap mendidik anaknya agar bijaksana, berlaku adil, dan jujur. Pengaruh ibunya Hayam Wuruk sangat kuat untuk membentuk karakter jiwanya.

Film Ayat-Ayat Cinta

Dalam film Ayat-Ayat Cinta. Film masa kini yang lahir tahun 2008. Ketika Fachri menelopon ibunya untuk meminta dukungan moral untuk memilih calon istrinya. Dan ibunya memberikan kepercayaan kepada Fahri untuk memilihnya sesuai dengan hati nuraninya. Kemudian ketika ibunya Fachri menelpon Aisya untuk memberikan dorongan kepada Aisya dalam medukung Fachri yang mengalami kesulitan.

Dari ketiga cerita di atas seorang ibu denga cintanya yang luar biasa dan tanpa batas sangat dalam menentukn arah kelangsungan sebuah negara. Nasihat seorang ibu begitu “sakti” dan merupakan “ajian” yang sagat kuat tiada tandingannya. Seorang ibu sangat berperan dalam masa depan anaknya.

Dari ketiga cerita di atas bisa jadi menimpa pada diri kita (kaum pemuda) yang (mungkin/pasti) akan curhat kepada ibunya mengenai pasangannya. Atau (mungkin/pasti) akan memperkenalkan calon istrinya kepada ibunya. Kalau ibunya menerima maka si pemuda tadi mendapat dukungan yang luar biasa. Atau (mungkin) jika pada gadis sudah berkenalan dengan ibu pasangannya atau sudah merasa dengan dengan calon ibu mertuanya maka itulahn dukungan yang paling kuat. Mungkin itulah yang sebut dengan “Surga ada di bawah telapak kaki Ibu”. Dan dunia dengan mudahnya dapat ditaklukan oleh “kesaktiaan” seorang ibu.

Saya mengucapkan selamat kepada sahabatku yang akan menjadi seorang ibu. Dan saya percaya bahwa akan memberikan segalanya demi kebaikan para putranya.

Dan marilah kita semua ingat kepada ibu kita, doakan beliau agar dilindungi-Nya. Marilah kita luangkan waktu sekarang juga hubungi segera ibu kita, berikan salam silaturahmi bagi ibunya yang masih ada.

[Saya jadi ingat pada ibuku, yang telah mengarahkankan, mendukung dan mendidik menjadi sekarang ini, yang telah menerima istriku menjadi menantunya. Dan saya juga jadi ingat kepada ibu mertuaku yang telah menyerahkan anaknya untuk menjadi istriku. Terima kasih kepada keduanya]

Ditulis dalam Artikel. 1 Comment »