Puisi lama merupakan pancaran kehidupan masyarakat lama yang memiliki ciri-ciri:
- bersatu, tidak pecah belah, dan hidup lebih padu, dalam kesatuan itu ada yang mengikat yaitu adat istiadat yang telah turun-temurun,
- setiap orang saling mengenali
- hidup tolong-menolong, bergotong –royong membangun rumah, mengerjakan sawah, mengadakan keramaian, suka duka selalu bersatu.
Latar belakang masyarakat atau keadaan masyarakat sangat berpengaruh terhadap hasil karya yang lahir pada masa itu. Gurindam sebagai salah satu bentuk puisi yang lahir pada masa itu merupakan pancaran kehidupan masyarakat saat itu. Tak hanya pada gurindam, hal ini tampak jelas pula terlihat dalam bentuk-bentuk puisi lain yang dihasilkan saat itu, baik dalam pantun, syair, maupun gurindam. Apalagi pada gurindam sebagai bentuk puisi asli Indonesia. Sekedar mengingatkan kembali inilah contoh pantun, dalam contoh ini disajikan pantun teka-teki:
Buah pinang buah belimbing
Ketiga dengan buah mangga
Sungguh senang berbapak sumbing
Biar marah tertawa juga
Bentuk pantun jelas berbeda dengan bentuk puisi lama yang lain yaitu syair. Cobalah Anda buka kembali pembelajaran 1! Perhatikanlah rimanya dan juga jumlah baitnya. Rima syair a – a – a – a sedangkan pantun a – b – a – b. Jumlah bait dalam syair lebih banyak karena syair mengisahkan sebuah cerita. Syair bersifat epis, yaitu berupa cerita. Baris dalam pantun terdiri atas 4 baris, dua baris pertama sebagai sampiran dan dua baris terakhir sebagai isi.
Bagaimanakah dengan gurindam? Gurindam adalah bentuk puisi lama yang terdiri atas dua baris tiap baitnya dan bersajak a – a. Baris pertama berupa syarat dan baris kedua berupa jawab.
Gurindam yang terkenal adalah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji seorang sastrawan Melayu. Disebut Gurindan Dua Belas karena terdiri atas dua belas pasal. Inilah pasal pertama.
Barang siapa tidak memegang agama
Sekali-kali tidakkan boleh dibilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat
Ia itulah orang yang makrifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tengah-Nya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal dunia
Takutlah ia barang yang terperdaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudarat
Kurang fikir, kurang siasat
Tinta dirimu kalah tersesat
Fikir dahulu sebelum berkata
Supaya terlelah selang sengketa
Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar
Jika ilmu tiada sempurna
Tiada berapa dia berguna
Berdasarkan contoh gurindam tersebut, sangat jelas ada keterkaitan antara isinya dengan kehidupan sehari-hari. Kesemuanya berupa nasihat. Nasihat yang berguna bagi manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Sebagai manusia ciptaan Tuhan, agama merupakan pegangan hidup di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang tidak memilikinya dan tidak melaksanakannya, maka tak hanya celaka di dunia tetapi juga di akhirat. Oleh karena itu, hidup di dunia harus menjauhkan diri dari hal-hal yang mudarat,harus berhati-hati, baik dalam berkata-kata maupun berfikir karena semua itu merupakan ilmu yang berguna dalam kehidupan.
Berikut Gurindam Dua Belas pasal keenam.
Cahari olehmu akan sahabat,
Yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
Yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
Yang boleh dimenyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
Pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan abdi,
Yang ada baik sedikit budi.
Bagaimanakah dengan gurindam ?
Kurang fikir, kurang siasat,
Tentu dirimu kelak tersesat.
Fikir dahulu sebelum berkata,
Supaya terelak silang sengketa.
Orang malas jatuh sengsara,
Orang rajin bayak saudara.
Ilmu kepandaian boleh dikejar,
Asal mau rajin belajar.
Menolong sesama wajib dan perlu,
Tetapi tolonglah diri dahulu.
Terima kasih kepada Ibu Dra. Euis (Guru SMAN 1 Kuningan) yang selalu berdiskusi dengan saya ketika ada waktu senggang.