Ibu adalah Sekolah bagi Anak-anak

Kalau kita perhatikan seorang ibu (wanita) adalah sekolah bagi anak-anak. Bagaimana tidak?

Coba kita perhatikan dengan seksama. Guru TK, Guru Kelas I, Kelas II, bahkan kelas III, masih di dominasi oleh Ibu-ibu sampai guru ngaji di TKA, TPA. Nah dari hal itu ternyata Ibu bagaikan sekolah bagi anak-anak.

Sekarang kita alihkan ke rumah, sebagian besar anak-anak diperhatikan akademisnya oleh kaum Ibu. Seoarang ibu mulai membangunkan anaknya, kemudian mengajarkan bagaimana cara madi, bagaimana cara berpakaian, bagaimana cara makan sampai menyiapkan buku yang harus di bawanya. Begitu pulang sekolah seorang ibu langsung menyambut anakya dengan pertanyaan ringan ā€œTadi belajar apa?ā€, ā€œBisa tidak ulangannya?ā€, ā€œAda PR tidak?ā€ dan pertanyaan lainnya yang berkaitan dengan pembelajara di sekolah.

Begitu sore atau malam hari seorang Ibu memeriksa buku pelajaran sang anak, barangkali ada PR yang belum dikerjakan atau memeriksa PR yang sudah dikerjakan. Atau bahkan mengajari sang Anak untuk pelajaran besok.

Dari kegiatan di atas terlihat bahwa seorang Ibu mendominasi proses pedidikan anaknya. Maka seorang ibu merupakan sekolah bagi anak-anakya. Ketika sang anak sudah besar, sudah dewasa, sudah waktunya memilih pasangan maka akan mencarinya seperti ibunya (memang tidak semua).

Contoh kalau laki-laki maka akan mencari wanita yang memiliki karakter mendekati karakter/sifat ibunya. Kalau wanita akan melihat calon ibu mertua seperti ibunya. Mengapa demikian? Karena sang anak sudah dipola didikan oleh seorang Ibu, mulai dari lahir sampai sekolah, atau rentang waktu mulai dari 0 tahun sampai 9 tahun. Maka didikan itu yang sangat terasa dan berarti baginya.

Ini terjadi kapada ā€œsi cikalā€, ketika saya tanya, kometari, arahkan pada pelajarannya maka ā€œsi cikalā€ dengan mudahnya mengatakan/berargumen ā€œKata Ibu Guru jugaā€¦ā€¦ā€ atau ā€œKata Bu Ustaz jugaā€¦..ā€ dan sejnata pamungkasnya ā€œKata Ibu jugaā€¦.ā€. Akhirnya saya mengalah.

Nah itulah saya berkesimpulan bahwa seorang Ibu (baik di rumah atau di sekolah) akan menjadi sekolah bagi anaknya. Hal ini khusus bagi anak yang berusia 0-9 tahun.

Saya jadi ingat pada istriku yang selalu telaten mengurus kedua anakku, dan teringat juga pada Ibuku yang telah berkorban dengan saya sampai hari ini. Terima kasih kepada Yang Mahapengasih yang telah memberikan wanita (Ibuku) yang mempunyai kasih sayang yang begitu besar dan telah memberikan wanita (istriku) yang telaten mengurus anak-anakku.

Ringkasan Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah

Novel Di Bawah Lindungan Kabah ditulis oleh Hamka, novel ini sangat cocok dibaca oleh semua kalangan, karena mengajak kita untuk tidak membedakan padangan dari segi harta duniawi tapi dari kecintaan patuh pada perintah-Nya. Novel ini menceritakan dua insan yang dilanda asmara dalam suasana tragis, yang satu prihatin sejak kecil yang satunya lagi dilanda sakit yang parah, keduanya meninggal hampir bersamaan pada tempat yang berbeda,

Novel kedua Hamka (= Haji Abdul Malik Karim Amarullah) ini pertama kali di terbitkanĀ  Balai Pustaka (1983) hingga cetakan VI. Setelah cetakan VII sampai cetakan terakhir ini diterbitkan Bulan Bintang. ā€œDengan mengambil tempat bermainya sebagai cerita di negeri Arab dan dengan memajukan falsafah keislaman, roman Di Bawah Lingkungan Kabah ini menjadi suatu roman yang bercorak dan beraliran keislaman.ā€ Demikian pendapat H.B. Jassin dalam bukunya Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei 1 (Gramedia, 1985; hlm. 46 ). Walaupun dalam soal kemurungan, Di Bawah Lindungan Kabah, masih terasa tak berbeda jauh dalam karya pertamanya, Di Jemput Mamaknya (1930). Namun, dalam napas keislamaan, Di Bawah Lindungan Kabah jauh lebih kuat. Di samping itu, latar tempat kejadian di Mekah itu, ternyata juga sangat mendukung suasana murung dan kepedihan jiwa tokoh utamanya, Hamid.

Jika dibandingkan dengan cerpen panjang Al-Manfaluthi, Al-Yatim, novel Di bawah Lindungan Kabah pun, tampak ā€“sedikit banyak-terpengaruh pula oleh karya pengarang Mesir itu (lihat juga ulasan pada ringkasan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Sungguh pun demikian, di dalamnya masih tampak jelas kritik Hamka terhadap adat perkawinan serta sikap para orang tua, yang mengaku islam, tetapi sebenarnya tidak berjiwa islam.

Untuk lebih jelasnya, inilah ringkasannya. Baca entri selengkapnya »

Ringkasan Novel: Salah Asuhan

Pengarang: Abdul Muis (1886-17 Juli 1959)
Penertbit: Balai Pustaka
Tahun Terbit: 1928, Cetakan XIX, 1990

Hanafi adalah pemuda pribumi asal Minangkabau. Sesungguhnya, ia termasuk orang yang sangat beruntung dapat bersekolah di Betawi sampai tamat HBS. Ibunya yang sudah janda, memang berusaha agar anaknya tidak segan-segan menitipkan Hanafi pada keluarga Belanda walaupun utnuk pembiayaannya ia harus meminta bantuan mamaknya, Sutan Batuah. Setamat HBS, Hanafi kembali ke Solok dan bekerja sebagai klerek di kantor Asisten Residen Solok. Tak lama kemudian, ia diangkat menjadi komis (lihat halaman 27).

Pendidikan dan pergaulan yang serba Belanda, memungkikan Hanafi berhubungan erat dengan Corrie De Busse, gadis Indo-Perancis. Hanafi kini merasa telah bebas dari kungkungan tradisi dan adat negerinya. Sikap, pemikiran dan cara hidupnya juga sudah kebarat-baratan. Tidaklah heran jika hubungannya dengan Corrie ditafsirkan lain oleh Hanafi karena ia kini sudah bukan lagi sebagai orang ā€œinlanderā€ (bangsa pribumi yang di jajah oleh Belanda). Oleh karena itu, ketika Corrie datang ke Solok dalam rangka mengisi liburan sekolahnya, bukan main senangnya hati Hanafi. Ia dapat berjumpa kembali dengan sahabat dekatnya.

Hanafi mulai merasakan tumbuhnya perasaan asmara. Sikap Corrie terhadapnya juga dianggap sebagai gayung bersambut kata terjawab. Maka, betapa terkejutnya Hanafi ketika ia membaca surat dari Corrie. Corrir mengingatkan bahwa perkawinan campuran bukan hanya tidak lazim untuk ukuran waktu itu, tetapi juga akan mendatangkan berbagai masalah. ā€œTimur tinggal timur, Barat tinggal Barat, tak akan dapat ditumbuni jurang yang membatasi kedua bahagian ituā€ (lihat halaman 59). Perasaan Corrie sendiri sebenarnya mengatakan lain. Namun, mengingat dirinya yang Indoā€”dan dengan sendirinya prilaki dan sikap hidupnya juga berpijak pada kebudayaan baratā€”serta Hanafi yang pribumi, yang tidak akan begitu saja dapat melepaskan akar budaya leluhurnya. Baca entri selengkapnya »

Ringkasan Novel: Azab dan Sengsara

AZAB DAN SENGSARA

(KISAH KEHIDUPAN SEORANG GADIS)

Pengarang : Merari Siregar

Penerbit : Balai Pustaka

Umumnya, para pengamat sastra Indonesia menempatkan novel Azab dan sengsara ini sebagai novel pertama di Indonesia dalam khazanah kesusastraan Indonesia modern. Penempatan novel ini sebagai novel pertama lebih banyak didasarkan pada anggapan bahwa kesusastraan Indonesia modern lahir tidak dari peran berdirinya Balai Pustaka. 1917, yang cikal bakalnya berdiri tahun 1908. Sungguhpun sebenarnya tidak sedikit novel yang terbit sebelum Balai Pustaka berdiri, dalam hal pemakaian bahasa Melayu sekolahan, Azab dan Sengsara yang mengawalinya. Dalam konteks itulah novel ini menempati kedudukan penting.

Tema Azab dan Sengsara sendiri yang mempermasalahkan perkawinan dalam hubungan nya dengan harkat dan martabat keluarga, bukanlah hal yang baru. Novel-novel yang terbit di luar Balai Pustaka-yang umumnya menggunakan bahasa Melayu rendah atau bahasa Melayu pasar-juga banyak yang bertema demikian. Novel bahasa Sunda, Baruang ka Nu Ngora (Racun Bagi Kaum Muda; 1914) karya D.K. Ardiwinata (1866-1947) yang diterbitkan Balai Pustaka, juga bertema perkawinan dalam hubungannya dengan harkat dan martabat keluarga. Jadi, secara tematik, novel Azab dan Sengsara, belumlah secara tajam mempermasalahkan perkawinan dalam hubungannya dengan adat.

Ini ringkasannya Baca entri selengkapnya »

Ringkasan Novel: Siti Nurbaya

SITTI NURBAYA

(Kasih Tak Sampai)

Pengarang : Marah Rusli (7 Agustus 1889-17 Januari 1968)

Penerbit : Balai Pustaka

Hampir semua kritikus sastra Indonesia menempatkan novel Sitti Nurbaya ini sebagai karya penting dalam sejarah kesusastraan Indonesia. Secara tematik, seperti yang disinggung H.B. Jassin, Zuber Usman, Ajip Rosidi, Sapardi Djoko Damono, maupun Teeuw, novel ini tidak hanya menampilkan latar social lebih jelas, tetapi juga mengandung kritik yang tajam terhadap adapt-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Novel ini pula yang pertama kali menampilkan masalah perkawinan dalam hubungannya dengan persoalan adat, yang kemudian banyak diikuti oleh pengarang-pengarang Indonesia sesudahnya.

Pada tahun 1969, novel ini memperoleh hadiah penghargaan dari pemerintah Indonesia sebagai hadiah tahunan yang diberikan setiap tanggal 17 Agustus- kini Hadiah Tahunan Pemerintah ini tidak dilanjutkan lagi.

Berbagai artikel maupun makalah yang membahas novel ini sudah banyak ditulis oleh para pengamat sastra Indonesia, baik dalam maupun luar negeri. Hingga kini, ulasannya masih terus banyak dilakukan, baik dalam konteks sejarah kesusastraan Indonesia modern, maupun dalam konteks social dan emansipasi wanita.

Di Malaysia, novel ini terbit pula dalam edisi bahasa Melayu. Pada tahun 1963 saja, di Malaysia itu, Sitti Nurbaya sudah mengalami cetak ulang ke-11. Untuk pengajaran sastra di tingkat sekolah lanjutan, novel ini merupakan salah satu novel wajib.

Tahun 1991, TVRI menyiarkan sinetron Sitti Nurbaya dengan pemeran utamanya Novia Kolopaking (sebagai Sitti Nurbaya) dan Gusti Randa (sebagai Samsulbahri).

Inilah ringkasannya. Baca entri selengkapnya »

Soekarno, ā€˜Presiden Amerika Serikatā€™

Revolusi Indonesia = Revolusi Amerika

Kok bisa bilang Soekarno sebagai ā€˜presiden Amerika Serikatā€™? Ya bisa aja kalau kita lihat sepak terjang cara berpikirnya. Meski mungkin penilaian itu tergelincir salah, akibat beda referensi nilai, budaya dan politik yang jauh antara sini dan sana. Indonesia dan Amerika.

ā€œMasa mudaku kupergunakan untuk memuja pahlawan-pahlawan Amerikaā€, begitu menurut pengakuan Soekarno. Tak aneh ketika Indonesia akan lahir, dia serta segelintir sahabatnya, menyiapkannya dengan banyak membawa dan menggunakan serta meniru nilai serta corak Amerika untuk Indonesia, yang sedang dimabuk revolusi.

Kalangan akademisi Indonesia pun berani menyimpulkan bahwa revolusi Indonesia mengacu pada revolusi Amerika. Bila ini dibicarakan, Soekarno pasti hadir di dalamnya dengan berdiri ditengah bukan dipinggir.

Dari kepalanya yang selalu tertutup pici, banyak tersimpan cadangan ide, yang keluarnya sebagai pola pikir Ć” la Amerika, yang dicampur dengan konsep-konsep lain hasil serapan dari bangsa lain. Hasilnya bisa dilihat dari karakter revolusi Indonesia, yang seirama dengan punya Amerika. Seperti apa?Ā Ā Ā  Baca entri selengkapnya »

Budaya Sunda Mulai Hilang?

Saya masih ingat syair lagu yang dinyanyikan Doel Sumbang mengenai orang Sunda yang sudah mulai menghilang. Akankah orang sunda akan seperti Prabu Siliwangi yang menghilang dengan sendirinya? Saya tidak tahu. Tapi karena saya orang sunda maka saya akan tetap menjadi orang Sunda yang notabene warga Indonesia. Inilah syair lagu “Urang Sunda Kamarana?” karya dan dinyanyikan Doel Sumbang.

ka marana ari urang sunda
disebut euweuh, aya
disebut aya, heueuh ka mana atuh

heuheuy deudeuh
heahahaaa

urang sunda ka marana
urang sunda di marana
urang sunda urang mana
urang sunda anjeun saha

naha ngan saukur nu ngeusian pulo jawa
naha ngan saukur lalajo bari kumƩtap
gancang geura hudang buka ceuli buka mata
geura tĆ©mbongkeun urang sunda ogĆ© bisaā€¦ bisa!

tƩmbongkeun urang gƩ bisa mela nagara
tƩmbongkeun urang gƩ bisa jadi pamimpin
urang gƩ bisa nangtung ajeg jeung kawasa
lain saukur bisa unggek jeung kumawula

aduh si kabayan urang sunda
urang sunda lain si kabayan
si kabayan urang sunda
urang sunda ulah jadi si kabayan

anu karesepna ngan ukur ngagƩrƩ ceuli
anu karesepna ngan ukur heuay nundutan
anu karesepna ngan ukur diuk ngalamun
atawa calangap ngitungan bƩntang di langit

lamun urang kabƩh reueus jadi urang sunda
pikiran deui naon nu dipikareueus
lamun urang sunda kabƩh jadi si kabayan
kuring melang hiji waktu urang kababayan
urang bakal kababayan
ukur bisa kababayan
salawasna kababayan
teu hararayang!

sok buktikeun lamun urang sunda tƩh aya kƩnƩh
tempokeun yƩn urang tƩh aya kƩnƩh
ulah siga ayeuna
disebut aya da teu kaciri
ari disebut euweuh da loba kƩnƩh nu ngaku aya
kamarana urang sunda tƩh atuh euy
hudang!
kadƩ ah

(balik deui ka nu disƩdƩngkeun)

ā™Ŗngawih: doel sumbang

saya menghayati lagu di atas jadi ingat tulisan Moeflich Hasbullah yang isinya seperti ini. Baca entri selengkapnya »

Mengenang R.A. Kartini: 21 April

imageDalam surat Al Baqarah Ayat 257, Kartini menemukaan kata-kata yg amat menyentuh nuraninya ; “Orang-orang yg beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya ( MInadzdzulumaati Ilaan Nuur )“. lalu kenapa kita tak pernah mengetahui nya ?

DOOR DUITERNIS TOT LICHT
( Habis Gelap Terbitlah Terang )

Tinta Sejarah Belum Lagi kering menulis namanya, namun wanita-wanita negerinya sdh terbata-bata membaca cita-citanya. Tujuh tahun yg lalu namanya kembali mencuat ke permukaan setelah seorang sejarawan Indonesia mempermasalahkan gelar kepahlawanannya. Lepas dari kaitan itu kita tak perlu mempermasalahkan dia benar atau salah atau pantaskah ia mendapat gelar pahlawan atau tidak, yang pasti sejarah harus diungkapkan baik dan buruknya & terserah kpd pendengar sejarah utk menilai dan berinterpretsi thd sejarah tsb.

Kartini tdk dapat diartikan lain kecuali sesuai dengan apa yg tersirat dalam kumpulan suratnya; “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT“, yg terlanjur diartikan oleh Armijn Pane sbg, “Habis Gelap Terbitlah Terang“. Sedangkan Prof. Dr. Haryati Soebadio, Dirjen Kebudayaan Depdikbud, yg notabene cucu RA Kartini mengartikannya sbg “idari Gelap Menuju Cahaya“, yg kalau kita lihat dalam Al Qur’an akan tertulis sbg, “Minadzhdzhulumati Ilaan Nuur“. Ini merupakan inti ajaran Islam yg membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya (iman).

Kartini ada dlm proses kegelapan menuju cahaya, tapi cahaya itu belum sempurna menyinari krn terhalang oleh usaha westernisasi . Kartini yg dikukung oleh adat dan dituntun oleh Barat telah mencoba meretas jalan menuju ke tempat yg terang. Dan apakah yg kita lakukan kini merupakan langkah-langkah maju ataukah surut ke belakang…?

KARTINI : “….IBU ADALAH SEKOLAH BAGI ANAK-ANAKNYA”

Berapa banyak dewasa ini jabatan dan kedudukan penting yg pada mulanya dipegang oleh kaum pria kini dipegang oleh kaum wanita. Berapa banyak pula jumlah pekerjaan yg dimasuki oleh kaum wanita sehingga banyak kaum pria yg hrs kehilangan pekerjaannya.

Seorang wanita sekalipun tdk bekerja maka ia tdk akan kehilangan nafkahnya, karena ia hidup dari tanggungan hidup suaminya. Tapi apa artinya jika seorang pria kehilangan pekerjaannya..? Maka mulut yg ada dibelakangnya, yaitu mulut istri dan anak-anaknya akan tetap menganga menanti kehadirannya, mengharapkan sesuatu yg dibawanya. Apa jadinya negeri ini jika kaum prianya menganggur ? Kalau bukan petaka, tentu paling tdk negeri ini menjadi “Lembah Amazone “.

Padahal wanita lebih diperlukan sebagai “sekolah” bagi anak-anaknya. Dan bukan sbg kuda beban atau ayam-ayam pengais yg tertatih-tatih dan tersuruk-suruk menanggalkan pribadinya yg asli. Kartini tdk pernah mengimpikan wanita-wanita sesudah generasinya menjadi bebas tanpa kendali atau merebut hak lelaki hingga mengingkari fitrahnya.

SURAT KEPADA STELLA
(tertanggal 18 Agustus 1899)
“Sesungguhnya adat sopan santun kami orang Jawa amatlah rumit. Adikku hrs merangkak, bila hendak berlalu dihadapanku. kalau adikku duduk di kursi, saat aku lalu, hrslah ia turun duduk di tanah dengan menundukkan kepala sampai aku tak terlihat lagi. Mereka hanya boleh menegurku dgn bahasa kromo inggil. Tiap kalimat haruslah diakhiri dgn “sembah”. Berdiri bulu kuduk, bila kita berada dlm lingkungan keluarga Bumiputera yg ningrat. Bercakap-cakap dgn orang lain yg lebih tinggi derajatnya haruslah perlahan-lahan, jalannya langkah-langkah pendek-pendek, gerakannya lambat-lambat spt siput. Bila berjalan cepat dicaci orang, disebut sbg kuda liar. Peduli apa aku dgn segala tata cara itu…..Segala peraturan itu buatan manusia dan menyiksa diriku saja. Kamu tdk dapat membayangkan bagaimana rumitnya etiket keningratan di dunia Jawa itu….

Tapi sekarang mulai dgn aku, antara kami (kartini, Roekmini dan Kardinah) tdk ada tatacara itu lagi. Perasaan kami sendirilah yg akan menunjukkan atau menentukan sampai batas mana cara Liberal itu boleh dijalankan.

Bagi saya hanya ada dua macam keningratan, keningratan pikiran (fikroh), dan keningratan budi (akhlaq). Tdk ada manusia yg lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat org membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sdh beramal sholeh org yg bergelar macam Graaf atau Baron..? Tidaklah dapat dimengerti oleh pikiranku yg picik ini,..”

Sebelum kita melanjutkan surat-surat Kartini yg lain ada baiknya kita melihat sahabat pena Kartini yg merupakan musuh-musuh dlm selimut yg berusaha mempengaruhi Kartini dgn cara dan pahamnya masing-masing.

Mereka itu adalah :
image
1. Mr. J.H Abendanon
Datang ke Hindia tahun 1900. Ditus oleh pemerintah Belanda utk melaksanakan politik Ethis. Tugasnya adalah sbg Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan. Karena masih baru ia meminta nasehat teman sehaluan politiknya yaitu Snouck Hurgronje. Snouck memiliki konsepsi politik Asosiasi, menurutnya memasukkan peradaban BArat dlm masyarakat pribumi adalah cara yg paling ampuh utk membendung dan mengatasi Islam di Hindia Belanda. Tapi tdk mungkin mempengaruhi rakyat sebelum kaum ningratnya dibaratkan akan semakin mudah membaratkan rakyat Bumi putera. Untuk itu maka langkah pertama yg hrs diambil adalah mencari orang-orang ningrat yg Islamnya tdk teguh lalu dibaratkan. Dan pilihan pertama adalah Kartini.

2. Annie Glassor
Seorang guru yg mempunyai akte bahasa dan mengajar secara privat bahasa Perancis kpd Kartini. Annie Glasser dikirim oleh Abendanon utk memata-matai dan mengikuti perkembangan Kartini. Melalui Annie Glasser-lah Abendanon mendidik, mempengaruhi dan menjatuhkan Kartini.

3. Stella (Estalle Zeehandelaar)
Sewaktu dlm masa pingitan ( + 4 tahun ) Kartini banyak membaca utk menghabiskan menghabiskan waktunya. Tetapi Kartini tdk puas mengikuti perkembangan pergerakan wanita di Eropa hanya melalui majalah & buku-buku. Krn ingin mengetahui keadaan sesungguhnya maka Kartini memasang iklan disebuah majalah negeri Belanda, yaitu Hollandsche Lelie. Dgn segera iklan itu disambut oleh Stella, wanita Yahudi anggota pergerakan Feminis di Belanda yg bersahabat karib dgn gembong Sosialis, Ir H. VAn Kol.

4. Ir H Van Kol
Pernah tinggal di Hindia Belanda selama 16 tahun. Ia berkenalan dgn Kartini dan berusaha memperjuangkan Kartini agar dpt pergi ke Belanda atas biaya pemerintah Tinggi Belanda. Tapi rupanya ada udang di balik batu. Ia berharap dpt mengajak Kartini ke Belanda sbg saksi hidup tentang kebobrokan pemerintah Hindia Belanda di tanah jajahan. Melalui Kartini, Van Kol ingin mengungkapkan penyelewengan yg dilakukan para pejabat Hindia Belanda. Sehingga partai Sosialis, tempatnya bercokol, dpt berkuasa di parlemen & menjatuhkan partai yg berkuasa.

5. Ny Van Kol (Nellie Van Kol)
imageSeorang penulis berpendirian humanis dan progresif. Org yg paling berperan mendangkalkan aqidah Islamiah Kartini. Pada mulanya ia bermaksud menjadikan Kartini sbg seorang Kristen tapi gagal. Mulanya ia berbuat seolah-olah sbg penolong yg mengangkat Kartini dari keadaan tdk mempedulikan agama menjadi penuh perhatian. Bahkan ia berhasil mengakhiri “Gerakan mogok sholat dan mogok ngaji” yang dilakukan Kartini.

Kita buka kembali beberapa cuplikan surat Kartini yg sedikit membuka siapa dan mau apa ia.
…Orang kebanyakan meniru kebiasaan orang baik-baik, orang baik-baik itu meniru perbuatan orang yang lebih tinggi pula, dialah orang Eropa “ (kepada Stella, 25 Mei 1899)

” Aku mau meneruskan pendidikan ke Holland, karena Holland akan menyiapkan aku lebih baik untuk tugas besar yg telah aku pilih “. (kepada Ny Ovinksoer, 1900)

” Sekarang kami merasakan badan kami lebih kokoh, segala sesuatu tampak lain sekarang. Sudah lama cahaya itu tumbuh dalam hati kami. Kami belum tahu waktu itu dan Ny Van Kol yg menyibak tabir yg tergantung dihadapan kami. Kami sangat berterimakasih kepadanya, “ (kepada Ny Ovinksoer, 12 Juli 1902)

” Ny Van Kol banyak bercerita kepada kami tentang Yesus yg Tuan muliakan itu, tentang rasul-rasul Petrus dan Paulus, dan kami senang mendengar itu semua,” (kepada Dr Adriani, 5 Juli 1902)

” Malaikat yg baik beterbangan disekeliling saya dan Bapak yg ada dilangit membantu saya dlm perjuangan saya dengan bapakku yg ada di dunia ini,” (kepada Ny Ovink Soer, 12 Juli 1902)

Itulah beberapa surat yg Kartini layangkan kpd orang-orang yang menjadi “sahabat”nya, dan yg berkiblat kpd Kristen atau yg berusaha menggiringnya ke arah pemikiran Barat.

image
BERUSAHA MENJADI MUSLIMAH SEJATI
imageKartini memiliki pengalaman yg tdk menyenangkan semasa belajar mengaji. Ibu guru mengajinya memarahi dia dan menyuruhnya keluar karena Kartini menanyakan makna ayat Al Qur’an yg dibacanya tadi.

Inilah suratnya kepada Stella tertanggal 6 November 1899 dan kepada Abendanon tertanggal 15 Agustus 1902 ;

“Mengenai agama Islam, Stella, aku hrs menceritakan apa. Agama Islam melarang umatnya mendiskusikannya dgn umat agama lain. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku kalau aku tidak mengerti dan tdk boleh memahaminya.

Al Qur’an terlalu suci, tdk boleh diterjemahkan ke dlm bahasa apapun. Di sini tdk ada yg mengerti bahasa Arab. Orang-orang disini belajar membaca Al Qur’an tetapi tdk mengerti apa yg dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tdk mengerti apa yg dibacanya. Sama saja halnya spt engkau mengajar aku membaca buku berbahasa Inggris, aku hrs menghafal kata demi kata, tetapi tdk satupun kata yg kau jelaskan kepadaku apa artinya. Tidak jadi soleh pun tdk apa-apa asalkan jadi orang baik hati, bukankah begitu Stella..??

” Dan waktu itu aku tdk mau lagi melakukan hal-hal yg aku tdk mengerti sedikitpun. Aku tdk mau lagi melakukan hal-hal yg aku tdk tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tdk mau lagi membaca Al Qur’an, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan bahasa asing yg aku tdk mengerti apa artinya, dan jangan-jangan ustadz-ustadzahku pun tdk mengerti artinya. Katakanlah kepadaku apa artinya nanti aku akan mempelajari apa saja.

Aku berdosa. Kitab yang mulia itu terlalu suci sehingga kami tdk boleh mengerti artinya.”.

Sampai pada suatu ketika Kartini berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak. Saat itu sedang berlangsung pengajian bulan khusus utk anggota keluarga. Kartini ikut mendengarkan pengajian bersama Raden Ayu yg lain dari balik Khitab (tabir). Kartini tertarik kpd materi yg sedang diberikan, tafsir Al Fatihah, oleh Kyai Saleh Darat, ulama besar yg sering memberikan pengajian di beberapa kabupaten di sepanjang pesisir utara. Setelah selesai pengajian, KArtini mendesak pamannya agar bersedia untuk menemaninya utk menemui Kyai Saleh Darat.

” Kyai perkenankan saya menanyakan sesuatu, bagaimanakah hukumnya apabila seseorang yg berilmu namun menyembunyikan ilmunya..?

Tertegun sang Kyai mendengar pertanyaan Kartini yg diajukan secara diplomatis. Kyai Saleh Darat paham betul akan maksud pertanyaan yg diajukan Kartini krn sebelumnya pernah terlintas dalam pikirannya. (Dialog ini dicatat oleh Ny. Fadillah Bc. Hk Cucu Kyai Saleh Darat)

Singkat cerita tergugahlah sang Kyai utk menterjemahkan Al Qur’an ke dlm bahasa Jawa. Dan ketika hari pernikahan Kartini tiba, Kyai Saleh Darat memberikan kepadanya terjemahan Al Qur’an juz pertama. Mulailah Kartini mempelajari Al Qur’an. Tapi sayang sebelum terjemahan itu rampung, Kyai Saleh Darat berpulang ke rahmatullah.

Dalam surat Al Baqarah Ayat 257, Kartini menemukaan kata-kata yg amat menyentuh nuraninya ;
” Orang-orang yg beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya ( MInadzdzulumaati Ilaan Nuur ) “.

Kartini amat terkesan dgn ayat ini, krn ia merasakan sendiri proses perubahan dirinya, dari pemikiran jahiliyah kpd pemikiran terbimbing oleh Nuur Ilahi. Dan sebelum wafatnya Kartini, dlm banyak suratnya mengulang kata-kata “ Dari gelap menuju cahaya “, yg ditulis dalam bahasa Belanda sbg ” Door Duisternis Toot Licht “.

Yang kemudian dijadikan kumpulan surat Kartini oleh Abendanon yg sama sekali tdk mengetahui bahwa kata-kata itu dikutip dari AlQur’an. Ditambah lagi diterjemahkan sebagai “Habis Gelap Terbitlah Terang” oleh Armijn Pane.

Setelah pengajian tsb terjadilah perubahan besar dalam diri Kartini. Kini ia mulai memahami Islam. Coba simak beberapa suratnya lagi ;

” Sudah lewat masanya, tadinya mengira bhw masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yg paling baik tiada taranya, maafkan kami, tetapi apakah Ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna..?? Dapatkah Ibu menyangkal bhw dibalik hal yg indah dlm masyarakat Ibu terdapat banyak hal yg sama sekali tdk patut dinamakan peradaban ?? “ (kepada Ny Abendanon, 27 October 1902)

” Bagaimana pendapatmu tentang Zending, jika bermaksud berbuat baik kpd rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta kasih, bukan dalam rangka Kristenisasi…………….bagi orang Islam, melepaskan kepercayaannya sendiri dan memeluk agama lain merupakan dosa yg sebesar-besarnya……..pendek kata, boleh melakukan zending, tetapi janganlah meng-kristen-kan orang lain. Mungkinkah itu dilakukan ? “ (kepada E.C Abendanon, 31 january 1903)

Memang kumpulan surat-surat Kartini bukanlah kitab suci. Tapi kalau kita telaah kembali maka akan nampaklah apa cita-citanya yg luhur.

Sayang itu semua sudah mengalami banyak deviasi sejak diluncurkan dahulu, setelah berlalu tiga generasi konsep Kartini tentang emansipasi semakin hari semakin hari jauh meninggalkan makna pencetusnya. Sekarang dgn mengatasnamakan Kartini para feminis justru berjalan dibawah bayang-bayang alam pemikiran Barat, suatu hal yg malah ditentang oleh Kartini. Bagaimana tanggapanmu wahai para wanita..??

wassalaamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh,

Hilal Achmad
Taken From : Permata, Bogor
http://swaramuslim.net/

Ditulis dalam Artikel. 4 Comments »

Sobat…, Masih Ingatkah Kepada Orang Tua?

Sobatā€¦
Pernahkah dirimu merasakan apa yang sedang kurasakan saat ini?
Rasa bersalah yang teramat sangat. Jauh dari orang tua yang sekarang hanya sendiri atau berdua. Tak ada lagi putera-puteri yang tersisa. Semuanya berada dalam radius yang sangat jauh, menempuh episode kehidupan masing-masing. Betapa sepinya mereka.

Sewaktu bayi, entah berapa kali kita mengganggu tidur nyenyak ayah yang mungkin sangat kelelahan setelah seharian bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita. Mungkin juga kotoran kita ikut tertelan Ibu ketika kita buang ā€œpupā€ di saat ibu sedang makan. Ibu juga tidak peduli ketika teman-temannya marah karena membatalkan acara yang sangat penting karena tiba -tiba anaknya sakit. Kekhawatiran demi kekhawatiran tiada pernah henti mengunjungi mereka setiap kali kita melangkah.
Beranjak dewasa, betapa tabahnya ayah dan Ibu menerima pembangkangan
demi pembangkangan yang kita lakukan. Mereka hanya bisa mengelus dada karena
teman-teman di luar sana lebih berarti daripada mereka. Jarang sekali
sekali kita mau menyisakan waktu untuk menyelami mimik wajah mereka yang
penuh kecemasan ketika kita pulang telat karena ayah dan ibu selalu
menyambut kita dengan senyum.

Sobatā€¦
pernahkah dirimu bangun tengah malam dan mendengar tangisan Ibu dalam doanya seperti yang pernah aku dengar? Tangisan dan doa itulah yang mengantar kesuksesan kita. Pernahkah kita tahu Ayah dan ibu terluka dan mengiba kepada Allah agar kita jangan dilaknat, agar Allah mau mengampuni kita dan memberikan kehidupan terbaik untuk kita?

Sobat..
Pernahkah k ita merasakan apa yang ayah dan ibu kita rasakan, mereka rela tidak memiliki apa -apa demi anaknya mereka rela tidak memiliki baju baru, biar anaknya bisa sama dengan anak-anak yang lain, mereka rela makan dengan apa adanya, biar anaknya bisa menikmati m akanan yang enak mereka rela memberikan uang sakunya yang kadang-kadang hanya pas-pasan saja, biar anaknya bisa jajan, bisa sekolah, bisa kuliahā€¦.dan bisa hidup seperti anak-anak yang lainā€¦

Sobatā€¦
Pernahkah kita berterimakasih ketika kita dapati ayah dan ibu berbicara berbisik-bisik karena takut membangunkan kita yang tertidur kelelahan? Pernahkah kita menghargai patah demi patah kata yang mereka susun sebaik mungkin untuk meminta maaf karena mereka tidak sengaja memecahkan kristal kecil hadiah u lang tahun dari teman kita? Pernahkah kita menyesal karena lupa menyertakan mereka di dalam doa? Pernahkah kita menghitung dosa apa yang telah kita perbuat terhadap Ā merekaā€¦,mulai dari kita bayi, anak-anak, remaja, dewasa, sampai tua nantiā€¦.

Ah, Sobat, betapa tak sebanding cinta dan pengorbanan mereka dengan balasan kasih sayang yang kita berikan. Setelah dewasa dan bisa ā€œmenghidupiā€ diri sendiri, kita masih bisa melenggang ringan meninggalkan mereka (mereka ikhlas asal kita bahagia). Ingatkah kita dengan semua jerih payah mereka.. dengan semua pengorbanan mereka.. dengan semua penderitaan merekaā€¦
Mungkinkah kita bisa seperti Ismail yang merelakan dirinya disembelih ayah
kandung demi menuruti perintah Allah? Atau seperti Musa yang dihanyutkan
ketika bayi?

Ternyata kita masih sangat jauhā€¦ Lalu bakti seperti apakah yang bisa kita persembahkan? Sobat, bantu aku agar optimis! Ya, masih banyak waktu untuk mmbahagiakan mereka. Hal yang terkecil yang bisa kita lakukan adalah: tak mengatakan ā€œtidakā€ ketika mereka menyuruh atau menginginkan sesuatu (tentu saja bukan yang bertentangan dengan agama) dan segera ambil alat komunikasi, hubungi mereka saat ini juga, sapa mereka dengan hangat, pastikan nada suara kita bahagia! Ā Bahagiakan ayah, bahagiakan Ibu! Mulai dari sekarang, selagi Allah masih memberi kesempatan. Walau takkan pernah sebanding, doa -doa kitalah yang mereka harapkan menemani di peristirahatan terakhir nanti.

Ya Allah, ampunilah dosa -dosa kami dan dosa kedua orang tua kami, kasihilah mer eka sebagaimana mereka mengasihi kami sedari kecil. Jadikan kami termasuk anak-anak yang saleh ya Allah hingga doa -doa kami termasuk doa -doa yang berkenan bagi Engkau. Aamiin ā€¦.

(Semoga kita semua dapat memberikan yang terbaik untuk kedua orangtua kita)

Ā 

Kartini : Dari Kegelapan Menuju Cahaya

imageDalam surat Al Baqarah Ayat 257, Kartini menemukaan kata-kata yg amat menyentuh nuraninya ; “Orang-orang yg beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya ( MInadzdzulumaati Ilaan Nuur )“. lalu kenapa kita tak pernah mengetahui nya ?

DOOR DUITERNIS TOT LICHT
( Habis Gelap Terbitlah Terang )

Tinta Sejarah Belum Lagi kering menulis namanya, namun wanita-wanita negerinya sdh terbata-bata membaca cita-citanya. Tujuh tahun yg lalu namanya kembali mencuat ke permukaan setelah seorang sejarawan Indonesia mempermasalahkan gelar kepahlawanannya. Lepas dari kaitan itu kita tak perlu mempermasalahkan dia benar atau salah atau pantaskah ia mendapat gelar pahlawan atau tidak, yang pasti sejarah harus diungkapkan baik dan buruknya & terserah kpd pendengar sejarah utk menilai dan berinterpretsi thd sejarah tsb.

Kartini tdk dapat diartikan lain kecuali sesuai dengan apa yg tersirat dalam kumpulan suratnya; “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT“, yg terlanjur diartikan oleh Armijn Pane sbg, “Habis Gelap Terbitlah Terang“. Sedangkan Prof. Dr. Haryati Soebadio, Dirjen Kebudayaan Depdikbud, yg notabene cucu RA Kartini mengartikannya sbg “idari Gelap Menuju Cahaya“, yg kalau kita lihat dalam Al Qur’an akan tertulis sbg, “Minadzhdzhulumati Ilaan Nuur“. Ini merupakan inti ajaran Islam yg membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya (iman).

Kartini ada dlm proses kegelapan menuju cahaya, tapi cahaya itu belum sempurna menyinari krn terhalang oleh usaha westernisasi . Kartini yg dikukung oleh adat dan dituntun oleh Barat telah mencoba meretas jalan menuju ke tempat yg terang. Dan apakah yg kita lakukan kini merupakan langkah-langkah maju ataukah surut ke belakang…?

KARTINI : “….IBU ADALAH SEKOLAH BAGI ANAK-ANAKNYA”

Berapa banyak dewasa ini jabatan dan kedudukan penting yg pada mulanya dipegang oleh kaum pria kini dipegang oleh kaum wanita. Berapa banyak pula jumlah pekerjaan yg dimasuki oleh kaum wanita sehingga banyak kaum pria yg hrs kehilangan pekerjaannya.

Seorang wanita sekalipun tdk bekerja maka ia tdk akan kehilangan nafkahnya, karena ia hidup dari tanggungan hidup suaminya. Tapi apa artinya jika seorang pria kehilangan pekerjaannya..? Maka mulut yg ada dibelakangnya, yaitu mulut istri dan anak-anaknya akan tetap menganga menanti kehadirannya, mengharapkan sesuatu yg dibawanya. Apa jadinya negeri ini jika kaum prianya menganggur ? Kalau bukan petaka, tentu paling tdk negeri ini menjadi “Lembah Amazone “.

Padahal wanita lebih diperlukan sebagai “sekolah” bagi anak-anaknya. Dan bukan sbg kuda beban atau ayam-ayam pengais yg tertatih-tatih dan tersuruk-suruk menanggalkan pribadinya yg asli. Kartini tdk pernah mengimpikan wanita-wanita sesudah generasinya menjadi bebas tanpa kendali atau merebut hak lelaki hingga mengingkari fitrahnya.

SURAT KEPADA STELLA
(tertanggal 18 Agustus 1899)
“Sesungguhnya adat sopan santun kami orang Jawa amatlah rumit. Adikku hrs merangkak, bila hendak berlalu dihadapanku. kalau adikku duduk di kursi, saat aku lalu, hrslah ia turun duduk di tanah dengan menundukkan kepala sampai aku tak terlihat lagi. Mereka hanya boleh menegurku dgn bahasa kromo inggil. Tiap kalimat haruslah diakhiri dgn “sembah”. Berdiri bulu kuduk, bila kita berada dlm lingkungan keluarga Bumiputera yg ningrat. Bercakap-cakap dgn orang lain yg lebih tinggi derajatnya haruslah perlahan-lahan, jalannya langkah-langkah pendek-pendek, gerakannya lambat-lambat spt siput. Bila berjalan cepat dicaci orang, disebut sbg kuda liar. Peduli apa aku dgn segala tata cara itu…..Segala peraturan itu buatan manusia dan menyiksa diriku saja. Kamu tdk dapat membayangkan bagaimana rumitnya etiket keningratan di dunia Jawa itu….

Tapi sekarang mulai dgn aku, antara kami (kartini, Roekmini dan Kardinah) tdk ada tatacara itu lagi. Perasaan kami sendirilah yg akan menunjukkan atau menentukan sampai batas mana cara Liberal itu boleh dijalankan.

Bagi saya hanya ada dua macam keningratan, keningratan pikiran (fikroh), dan keningratan budi (akhlaq). Tdk ada manusia yg lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat org membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sdh beramal sholeh org yg bergelar macam Graaf atau Baron..? Tidaklah dapat dimengerti oleh pikiranku yg picik ini,..”

Sebelum kita melanjutkan surat-surat Kartini yg lain ada baiknya kita melihat sahabat pena Kartini yg merupakan musuh-musuh dlm selimut yg berusaha mempengaruhi Kartini dgn cara dan pahamnya masing-masing.

Mereka itu adalah :
image
1. Mr. J.H Abendanon
Datang ke Hindia tahun 1900. Ditus oleh pemerintah Belanda utk melaksanakan politik Ethis. Tugasnya adalah sbg Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan. Karena masih baru ia meminta nasehat teman sehaluan politiknya yaitu Snouck Hurgronje. Snouck memiliki konsepsi politik Asosiasi, menurutnya memasukkan peradaban BArat dlm masyarakat pribumi adalah cara yg paling ampuh utk membendung dan mengatasi Islam di Hindia Belanda. Tapi tdk mungkin mempengaruhi rakyat sebelum kaum ningratnya dibaratkan akan semakin mudah membaratkan rakyat Bumi putera. Untuk itu maka langkah pertama yg hrs diambil adalah mencari orang-orang ningrat yg Islamnya tdk teguh lalu dibaratkan. Dan pilihan pertama adalah Kartini.

2. Annie Glassor
Seorang guru yg mempunyai akte bahasa dan mengajar secara privat bahasa Perancis kpd Kartini. Annie Glasser dikirim oleh Abendanon utk memata-matai dan mengikuti perkembangan Kartini. Melalui Annie Glasser-lah Abendanon mendidik, mempengaruhi dan menjatuhkan Kartini.

3. Stella (Estalle Zeehandelaar)
Sewaktu dlm masa pingitan ( + 4 tahun ) Kartini banyak membaca utk menghabiskan menghabiskan waktunya. Tetapi Kartini tdk puas mengikuti perkembangan pergerakan wanita di Eropa hanya melalui majalah & buku-buku. Krn ingin mengetahui keadaan sesungguhnya maka Kartini memasang iklan disebuah majalah negeri Belanda, yaitu Hollandsche Lelie. Dgn segera iklan itu disambut oleh Stella, wanita Yahudi anggota pergerakan Feminis di Belanda yg bersahabat karib dgn gembong Sosialis, Ir H. VAn Kol.

4. Ir H Van Kol
Pernah tinggal di Hindia Belanda selama 16 tahun. Ia berkenalan dgn Kartini dan berusaha memperjuangkan Kartini agar dpt pergi ke Belanda atas biaya pemerintah Tinggi Belanda. Tapi rupanya ada udang di balik batu. Ia berharap dpt mengajak Kartini ke Belanda sbg saksi hidup tentang kebobrokan pemerintah Hindia Belanda di tanah jajahan. Melalui Kartini, Van Kol ingin mengungkapkan penyelewengan yg dilakukan para pejabat Hindia Belanda. Sehingga partai Sosialis, tempatnya bercokol, dpt berkuasa di parlemen & menjatuhkan partai yg berkuasa.

5. Ny Van Kol (Nellie Van Kol)
imageSeorang penulis berpendirian humanis dan progresif. Org yg paling berperan mendangkalkan aqidah Islamiah Kartini. Pada mulanya ia bermaksud menjadikan Kartini sbg seorang Kristen tapi gagal. Mulanya ia berbuat seolah-olah sbg penolong yg mengangkat Kartini dari keadaan tdk mempedulikan agama menjadi penuh perhatian. Bahkan ia berhasil mengakhiri “Gerakan mogok sholat dan mogok ngaji” yang dilakukan Kartini.

Kita buka kembali beberapa cuplikan surat Kartini yg sedikit membuka siapa dan mau apa ia.
…Orang kebanyakan meniru kebiasaan orang baik-baik, orang baik-baik itu meniru perbuatan orang yang lebih tinggi pula, dialah orang Eropa “ (kepada Stella, 25 Mei 1899)

” Aku mau meneruskan pendidikan ke Holland, karena Holland akan menyiapkan aku lebih baik untuk tugas besar yg telah aku pilih “. (kepada Ny Ovinksoer, 1900)

” Sekarang kami merasakan badan kami lebih kokoh, segala sesuatu tampak lain sekarang. Sudah lama cahaya itu tumbuh dalam hati kami. Kami belum tahu waktu itu dan Ny Van Kol yg menyibak tabir yg tergantung dihadapan kami. Kami sangat berterimakasih kepadanya, “ (kepada Ny Ovinksoer, 12 Juli 1902)

” Ny Van Kol banyak bercerita kepada kami tentang Yesus yg Tuan muliakan itu, tentang rasul-rasul Petrus dan Paulus, dan kami senang mendengar itu semua,” (kepada Dr Adriani, 5 Juli 1902)

” Malaikat yg baik beterbangan disekeliling saya dan Bapak yg ada dilangit membantu saya dlm perjuangan saya dengan bapakku yg ada di dunia ini,” (kepada Ny Ovink Soer, 12 Juli 1902)

Itulah beberapa surat yg Kartini layangkan kpd orang-orang yang menjadi “sahabat”nya, dan yg berkiblat kpd Kristen atau yg berusaha menggiringnya ke arah pemikiran Barat.

image
BERUSAHA MENJADI MUSLIMAH SEJATI
imageKartini memiliki pengalaman yg tdk menyenangkan semasa belajar mengaji. Ibu guru mengajinya memarahi dia dan menyuruhnya keluar karena Kartini menanyakan makna ayat Al Qur’an yg dibacanya tadi.

Inilah suratnya kepada Stella tertanggal 6 November 1899 dan kepada Abendanon tertanggal 15 Agustus 1902 ;

“Mengenai agama Islam, Stella, aku hrs menceritakan apa. Agama Islam melarang umatnya mendiskusikannya dgn umat agama lain. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku kalau aku tidak mengerti dan tdk boleh memahaminya.

Al Qur’an terlalu suci, tdk boleh diterjemahkan ke dlm bahasa apapun. Di sini tdk ada yg mengerti bahasa Arab. Orang-orang disini belajar membaca Al Qur’an tetapi tdk mengerti apa yg dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tdk mengerti apa yg dibacanya. Sama saja halnya spt engkau mengajar aku membaca buku berbahasa Inggris, aku hrs menghafal kata demi kata, tetapi tdk satupun kata yg kau jelaskan kepadaku apa artinya. Tidak jadi soleh pun tdk apa-apa asalkan jadi orang baik hati, bukankah begitu Stella..??

” Dan waktu itu aku tdk mau lagi melakukan hal-hal yg aku tdk mengerti sedikitpun. Aku tdk mau lagi melakukan hal-hal yg aku tdk tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tdk mau lagi membaca Al Qur’an, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan bahasa asing yg aku tdk mengerti apa artinya, dan jangan-jangan ustadz-ustadzahku pun tdk mengerti artinya. Katakanlah kepadaku apa artinya nanti aku akan mempelajari apa saja.

Aku berdosa. Kitab yang mulia itu terlalu suci sehingga kami tdk boleh mengerti artinya.”.

Sampai pada suatu ketika Kartini berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak. Saat itu sedang berlangsung pengajian bulan khusus utk anggota keluarga. Kartini ikut mendengarkan pengajian bersama Raden Ayu yg lain dari balik Khitab (tabir). Kartini tertarik kpd materi yg sedang diberikan, tafsir Al Fatihah, oleh Kyai Saleh Darat, ulama besar yg sering memberikan pengajian di beberapa kabupaten di sepanjang pesisir utara. Setelah selesai pengajian, KArtini mendesak pamannya agar bersedia untuk menemaninya utk menemui Kyai Saleh Darat.

” Kyai perkenankan saya menanyakan sesuatu, bagaimanakah hukumnya apabila seseorang yg berilmu namun menyembunyikan ilmunya..?

Tertegun sang Kyai mendengar pertanyaan Kartini yg diajukan secara diplomatis. Kyai Saleh Darat paham betul akan maksud pertanyaan yg diajukan Kartini krn sebelumnya pernah terlintas dalam pikirannya. (Dialog ini dicatat oleh Ny. Fadillah Bc. Hk Cucu Kyai Saleh Darat)

Singkat cerita tergugahlah sang Kyai utk menterjemahkan Al Qur’an ke dlm bahasa Jawa. Dan ketika hari pernikahan Kartini tiba, Kyai Saleh Darat memberikan kepadanya terjemahan Al Qur’an juz pertama. Mulailah Kartini mempelajari Al Qur’an. Tapi sayang sebelum terjemahan itu rampung, Kyai Saleh Darat berpulang ke rahmatullah.

Dalam surat Al Baqarah Ayat 257, Kartini menemukaan kata-kata yg amat menyentuh nuraninya ;
” Orang-orang yg beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya ( MInadzdzulumaati Ilaan Nuur ) “.

Kartini amat terkesan dgn ayat ini, krn ia merasakan sendiri proses perubahan dirinya, dari pemikiran jahiliyah kpd pemikiran terbimbing oleh Nuur Ilahi. Dan sebelum wafatnya Kartini, dlm banyak suratnya mengulang kata-kata “ Dari gelap menuju cahaya “, yg ditulis dalam bahasa Belanda sbg ” Door Duisternis Toot Licht “.

Yang kemudian dijadikan kumpulan surat Kartini oleh Abendanon yg sama sekali tdk mengetahui bahwa kata-kata itu dikutip dari AlQur’an. Ditambah lagi diterjemahkan sebagai “Habis Gelap Terbitlah Terang” oleh Armijn Pane.

Setelah pengajian tsb terjadilah perubahan besar dalam diri Kartini. Kini ia mulai memahami Islam. Coba simak beberapa suratnya lagi ;

” Sudah lewat masanya, tadinya mengira bhw masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yg paling baik tiada taranya, maafkan kami, tetapi apakah Ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna..?? Dapatkah Ibu menyangkal bhw dibalik hal yg indah dlm masyarakat Ibu terdapat banyak hal yg sama sekali tdk patut dinamakan peradaban ?? “ (kepada Ny Abendanon, 27 October 1902)

” Bagaimana pendapatmu tentang Zending, jika bermaksud berbuat baik kpd rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta kasih, bukan dalam rangka Kristenisasi…………….bagi orang Islam, melepaskan kepercayaannya sendiri dan memeluk agama lain merupakan dosa yg sebesar-besarnya……..pendek kata, boleh melakukan zending, tetapi janganlah meng-kristen-kan orang lain. Mungkinkah itu dilakukan ? “ (kepada E.C Abendanon, 31 january 1903)

Memang kumpulan surat-surat Kartini bukanlah kitab suci. Tapi kalau kita telaah kembali maka akan nampaklah apa cita-citanya yg luhur.

Sayang itu semua sudah mengalami banyak deviasi sejak diluncurkan dahulu, setelah berlalu tiga generasi konsep Kartini tentang emansipasi semakin hari semakin hari jauh meninggalkan makna pencetusnya. Sekarang dgn mengatasnamakan Kartini para feminis justru berjalan dibawah bayang-bayang alam pemikiran Barat, suatu hal yg malah ditentang oleh Kartini. Bagaimana tanggapanmu wahai para wanita..??

wassalaamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh,

Hilal Achmad
Taken From : Permata, Bogor
http://swaramuslim.net/

Ditulis dalam Artikel. 4 Comments »