Banggakah dengan Nilai UN Tinggi?

ae.jpgSekarang musim hasil ujian nasional (UN) dibagikan kepada para peserta UN. Beberapa siswa ada yang mendapatkan nilai pas-pasan, ada juga yang cukup, bahkan ada yang tinggi. Coba bandingkan dengan nilai ujian sekolah malah ada yang lebih kecil dari ujian nasional.

Ketika saya dulu lulus SMP, dan SMA sangat bangga dengan nilai ebtanas meskipun pas-pasan atau rata-ratanya 6,0. Sedangkan nilai ebta besar-besar, karena soal ebta kecenderungan soal sehari-hari dari guru yang bersangkutan. Tapi coba bandingkan dengan tahun sekarang, bisa jadi nilai UN lebih besar dari ujian sekolah.

Banggakah dengan nilai un tang tinggi?

Ternyata sekarang bukan urusan tinggi atau rendah nilai un, tapi lulus atau tidak dari ujian. Dulu ketika saya SMP dan SMA banyak lulus dan sedikit yang tidak lulus. Masalah dulu ketika saya sekolah adalah kalau ada siswa tidak lulus, maka orang tua  tersebut memarahi anaknya yang tidak lulus. Berbeda dengan sekarang. Pembaca juga memahaminya.

Sekarang, peserta ujian ada yang memperoleh nilai tinggi diatas rata-rata (diatas 8,0) siswa tersebut tidak merasa bangga tapi yang penting lulus. Apalagi lulusan SMP sepertinya yang memperoleh nilai tinggi tidak begitu bergairah lama, karena nilai yang tinggi ganya sebagai persyaratan masuk ke sekolah  (SMA) favorit.

Setelah masuk ke sma favorit, kebanggannya mungkin hanya sebentar. Karena guru pengajar di sekolah tersebut mengira bahwa dengan nilai yang tinggi akan lancar dalam kbm. Ternyata ada beberapa siswa yang memperoleh nilai tinggi kemampuannya tidak jauh dengan nilai yang rendah.

Setelah lulus dari sma favorit ingin melanjutkan ke pt favorit, setelah lulus dari pt favorit apakah siswa tersebut dapat membuktikan nilai yang diperolehnya dengan bangga dan bisa hidup mandiri?

Mungkin ada yang berhasil ada pula yang belum (tidak) berhasil.

Nah…. sekarang bagaimana dengan nilai yang diperolehnya ketika SMP atau SMA dengan nilai yang tinggi?

Banggakah dengan hal itu?

Belum tentu, bagaimana orang tersebut menyikapinya.

Mudah-mudahan siswa yang lulus sekarang mulai hari ini bisa mandiri dan mampu membuktikan kemampuannya di masyarakat dengan berkarya.

Bagi siswa yang belum lulus, jangan dijadikan sebagai vonis penghalang bagi kehidupan, kerena yang belum lulus belum tentu tidak sejahtera di masa yang akan datang.

Yang jadi patokan kehidupan kita adalah apabila kita lulus mengahadapi ujian yang datang dari diri sendiri. Maka kuasailah diri sendiri agar bisa menguasai kehidupan.

Ditulis dalam Pendidikan. 8 Comments »

8 Tanggapan to “Banggakah dengan Nilai UN Tinggi?”

  1. mad Says:

    saya heran dengan teman saya yang nilai matematikanya dapat 10…
    mereka bangga sekali…
    mungkin aja soal bocoran…atau contek pakai hp.
    curang kok dibanggakan sih?
    edan…

    Tanggapan: Itulah negara Anda….

  2. Rovicky Says:

    Bangga ketika mencapa sebuah prestasi itu harus (menurutku). Kebanggaan itu dari dalam sendiri, bukan dari orang lain. dikemukakan. Bangga yang dikemukakan (ditunjukkan) justru cenderung sombong.
    Bangga itu ada dalam diri. Bangga tidak bisa direbut, diambil atau dicuri. Tetapi rasa bangga bisa disembunyikan dari “penglihatan” orang lain.
    Saya selalu bilang ke anakku banggalah dengan “achievement” apa yang saja yang kau capai. Nilai 8 bisa saja bangga. Nilai sepuluh dibanggakan itu belum tentu dia bangga, tetapi menutupi kelemahan. Hanya orang itu yang tahu. Kita hanya menduga-duga saja. Tetapi apapun dugaan anda “dugaan positip” akan lebih bermanfaat 😀

    Tanggapan: Terima kasih atas kunjungannya. Memang betul sebuah kebanggaan tidak bisa digambarkan dengan sebuah nilai ukur.

  3. Sawali Tuhusetya Says:

    Pak Awan, makasih komentarnya, ya. Sekalian aku ingin ikutan tampil bersama wordpress, meskipun aku ada punya di http://jalan-mendaki.blogspot.com/ Ngomong-omong tentang UN, aku jadi ikut-ikutan risau. Agaknya nilai UN yang diperoleh anak-anak sudah nggak murni lagi. Di Kendal, bejibun jumlah anak SMP yang mendapatkan nilai Bahasa Indonesia 10. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Lha wong gurunya saja pasti mempunyai penfasiran byang berbeda-beda tentang jawaban soalnya kok. Coba lihat soal apresiasi sastranya? Gimana bisa bangga kalau nilai UN sudah diolah lewat konversi hanya sekadar untuk memburu citra dan marwah penguasa?

    Tanggapan: Terima kasih atas kunjungannya, mari kita ramaikan dunia maya dengan tulisan-tulisan kita yang bermanfaat.

  4. aDe.S Says:

    Nilai ujian tinggi belum tentu murni.Siapa tahu dapat bocoran dari “suapan” guru atau sms.Kenapa standar nilai ujian nasional harus ditentukan dari DisDik?Siswa yang lulus UN dengan nilai cukup belum tentu bertatakrama dan bermoral baik.Kenapa tidak dari pihak sekolah????????????

  5. erin Says:

    ass!
    ga slamnya kyk gitu!
    bktinya kwnku memang murni kok!
    jdi jgn suuzan dong jdi org!
    ok?
    makasih!

  6. ridwan Says:

    kumaha sia weh anjink

  7. Yuu Says:

    Pemikiran yang bagus.

  8. bonank Says:

    Mantab bener pak,,lebih baik standarisasi kelulusan itu di hilangkan soalnya itu sama saja dengan pembodohan terhadap Anak2 Didik kita..Dahulu Zaman saya sekolah EBTA-EBTANAS itu benar2 Murni,,,setelah ada standarisasi kelulusan saya tidak yakin lagi Hasil yang diperoleh murni. Jawaban-nya ada pada peserta+pengawas UAN tersebut.


Tinggalkan komentar